Pemanfaatan Instrumen Sosiometri Untuk Mengungkapkan Masalah Siswa
Pemanfaatan Instrumen Sosiometri Untuk Mengungkapkan Masalah Siswa
Oleh: Maria Magdalena A. Jelu, S.Pd
Manusia sejak dunia dijadikan secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu mempelajari nilai-nilai, aturan-aturan dan norma-norma sosial dimana individu itu berada( Gerungan, 2004). Manusia menjalin hubungan dengan individu yang lain sebagai bentuk sosialisasi di dalam kehidupan agar dapat terjadi kehidupan yang sejahtera. Di dalam proses kehidupannya, terdapat perbedaan baik antar individu maupun antar kelompok sosial. Perbedaan tersebut menuntut individu .menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu sebagai makhluk sosial dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial, atau adaptasi sosial di dalam lingkungannya.
Penyesuaian pada masa remaja memang sering kali menyebabkan hambatan, salah satunya di dalam dunia pendidikan; khususnya di sekolah. Kemampuan di dalam melakukan penyesuaian sosial pada remaja akan menciptakan hubungan yang harmonis. Apabila remaja tidak mampu akan mengakibatkan ketidakpuasan pada diri sendiri karena merasa dikucilkan dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Seperti pada Peer Cluster Theory yang menyatakan pentingnya pengaruh lingkungan dalam bentuk perilaku yang beresiko pada remaja. Peer Cluster Theory merupakan sekelompok kecil teman sebaya yang memiliki hubungan pertemanan yang erat satu dengan yang lain dan bahwa dalam Cluster yang erat informasi, ide saling dipertukarkan, sikap dan kepercayaan dibentuk dan diubah secara dinamis ( Fitriyada, 2008).
Masa remaja adalah masa kritis identitas. Pengaruh sekolah sekarang ini lebih kuat dibandingkan pada generasi sebelumnya karena lebih banyak individu yang menghabiskan waktunya di sekolah ( Endah, 2013). Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun, figur itu tidak ada di dekatnya. Secara umum dan dalam kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit untuk ditempuh, baik secara individual maupun kelompok, sehinnga remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah ( the trouble teens). Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa masa remaja dianggap lebih rawan daripada tahap-tahap perkembangan manusia yang lain ( Eko, 2006).
Siswa SMP atau sederajat dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja. Hurlock ( 993: 206), awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13-17 tahun. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dimana tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak.
Sebagai pelaksana layanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan ( sekolah), maka penulis sebagai seorang guru pembimbing wajib memenuhi dan memiliki kualitas seperti yang disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV pasal 8 yang berbunyi sebagai berikut “ Guru wajib memikiki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional “. Menyadari akan amanat yang tertuang di dalam Undang- Undang tersebut, maka guru pembimbing sebagai aset strategis ditekankan agar menjadi lebih dinamis, produktif dan profesional, mampu berpikir logis, kreatif, berkemampuan tinggi dan penuh pengabdian. Sehingga diharapkan guru pembimbing dapat menjalankan tugasnya secara profesional dibidang ke-BK-an dengan semestinya.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru pembimbing adalah memahami klien ( siswa) secara mendalam, termasuk di dalamnya adalah memahami kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi klien (siswa). Seorang guru pembimbing selanjutnya dapat menentukan program layanan bimbingan dan konseling, baik yang bersifat preventif, pengembangan maupun kuratif, sehingga pada gilirannya diharapkan upaya pemberian layanan dapat berjalan lebih efektif.
Guna untuk mengungkapkan data yang amat penting dalam menentukan arah dan isi pelayanan konseling cara-cara yang cukup rumit terkadang perlu ditempuh oleh guru pembimbing. Salah satu cara untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi oleh klien (siswa) adalah dengan melaksanakan kegiatan aplikasi instrumentasi yang menjadi kegiatan pendukung bimbingan dan konseling sebagaimana yang tercantum dalam BK pola 17 plus. Makna aplikasi instrumentasi dalam bimbingan konseling diartikan sebagai upaya pengungkapan masalah yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK) melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Dengan kata lain, untuk memperoleh pemahaman tentang diri klien( siswa) secara lebih tepat, kondisi dalam diri klien( siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumentasi dengan menggunakan instrumen tes maupun instrumen non tes.
Selanjutnya, hasil aplikasi instrumentasi dianalisis dan ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Salah satu instrumen bimbingan konseling yang digunakan oleh guru pembimbing dalam pelayanan bimbingan konseling di lembaga pendidikan (sekolah) adalah SOSIOMETRI, yang merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok yang berukuran kecil (10-50) orang siswa berdasarkan prefensi antara anggota kelompok satu sama lainnya.
Maka dari itu, penulis sebagai seorang Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Komodo; sangat perlu melakukan penelitian tindakan kelas yang diberi judul “Upaya Mengungkapkan Masalah Siswa dengan Menggunakan Instrumen SOSIOMETRI di SMP Negeri 1 Komodo tahun pelajaran 2021/2022”.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah yang sering terjadi di sekolah adalah sering berkelahi, dan membuat keributan di dalam kelas terutama saat guru tidak masuk kelas, ada siswa yang tidak ingin terlibat dalam kerja kelompok dalam proses belajar mengajar di kelas, ada siswa yang tidak bertanggungjawab terhadap tugas piket kelas.
Penulis perlu menggali masalah yang bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi siswa di kelas, untuk membantu siswa mencari solusi untuk permasalahan hubungan sosial yang dihadapi di dalam kelas khususnya dan di lingkungan masyarakat umumnya, dan untuk meningkatkan kompetensi guru pembimbing dalam mengungkapkan dan menecahkan masalah klien (siswa).
                                SMPN 1 Komodo