
Karya Seorang Musafir
Karya Seorang Musafir
Oleh: Fransisikus Ndejeng
Seorang penulis ibarat seorang musafir, yang melakukan perjalanan menuju titik pertemuan di sebuah dunia karya nyata sesuai dengan profesi sebagai seorang pendidik, pengajar, pewarta kebenaran, pelatih, pengasuh, pembimbing, pengarah dan pamong dan pengasuh peserta didik dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan menengah( Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005). Kalau ditilik dari segi tugas pokok spiritual seorang penulis, dapat diibaratkan sebagai seorang musafir. Tugas seorang musafir sama dengan seorang peziarah. Musafir adalah orang yang melakukan suatu perjalanan ziarah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengunjungi suatu tempat yang memiliki makna keagamaan, sering kali menempuh jarak yang cukup jauh.( Wikipedia, 2021).
Perjalanan ini sungguh indah, bagai seorang seniman derama menampilkan permainan seni panggung, namun penuh rintangan di tengah perjalanan yang pasti terantuk pada batu dan terhempas pada kerikil-kerikil tajam. Bak perjalanan seorang musafir yang tak pernah letih, lesuh. Pasti mengalami haus dan lapar. Tidak kendor dan tidak patah semangat. Tak terasa sudah sampai di titik ini, diisi dan dijalani dengan penuh lika liku dan terjal, namun tetap semangat agar bisa mencapai titik finish dalam proses perjalanan dan berkarya. Untuk apa? Untuk mengisi hidup ini dengan perjuangan yang tiada henti bagai seorang musafir, mewartakan kebenaran dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang patut diteladani bagi sesama profesi. Di samping itu, untuk membahagiakan sesama anak bangsa yang melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini. Ada sebuah moto yang barangkali cocok untuk direfleksikan bagi sesama profesi, yaitu “ Primus inter Pares” artinya mendahului bagi yang lain. Dalam arti selalu tampil dengan penuh disiplin lebih baik dari kemarin dibanding hari ini, di tempat kerja. Hadir tepat waktu di sekolah dan di kelas. Kalau terlambat perlu refleksi dan tidak untuk menyalahi sesama profesi. Selain itu, untuk melaksanakan amanat tanggung jawab sang ilahi lewat kepercayaan yang dipikul dan diberikan oleh orang-orang yang merasa dipercayai dalam mengemban tugas dan tanggungjawab yang mulia ini. Kalau sudah sampai pada titik finish pengabdian akan diserahkan kembali kepada sang pemilik kepercayaan. Karena itu hanyalah tempat persinggahan sementara, bukan milik kekal. Banyak orang yang menungguh di singgah sana hanya waktu jualah yang membatasinya bagi perjalanan seorang musafir ini.
Kalau dihitung masa pengabdian sebagai seorang guru, pendidik dan pengajar; penulis, terhitung dari Juli 1989 sampai saat ini, kurang lebih lama masa pengabdian 34 tahun lebih. Mengabdi di Sekolah Yayasan Serikat Sabda Allah Ruteng( YSSAR), yaitu di SMAK St. Ignatius Loyola, Labuan Bajo, sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 1994. Sebagai seorang guru swasta. Mengabdi di SMP Negeri 5 Suai, Kabupaten Covalima, provinsi Timor Timur, tahun 1995-1999. Sekarang negara demokratik Timor Leste. Karena kekalahan referendum yang difasilitasi pimpinan UNAMET dibawah naungan PBB, pimpinannya dipercayakan kepada negara Australia, maka Provinsi Timor Timur lepas dari pangkuan ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Timor Timur berdiri sendiri menjadi sebuah negara merdeka Demokratik Timor Leste. Diumumkan hasil jajak pendapat tanggal 4 September 1999, lebih cepat dari tanggal 7 September di New York, Markas Besar PBB, Amerika Serikat.
Sebagai seorang guru dan pewarta kebenaran, sesuai bidang tugas keilmuan yang digelut, dan bidang spiritualitas seorang pribadi yang dianggap profesional; penulis mengutarakan perjalanan karyer, sesuai riwayat akademik sebagai berikut. 1). Mengeyam pendidikan dasar di dua tempat, yaitu bersekolah di SDK Gulung, Desa Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, tahun 1971-1973. Dan,melanjutkan Sekolah Dasar di SDK Katolik Watu Weri, Desa Rana Mbeling, Kecamatan Kota Komba Utara, tahun 1974-1976. 2). Masuk SMP Katolik Rosa Mistika Waerana, Desa Rongga Koe, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur tahun 1977-1980. 3). Masuk SMA Negeri 1 Ruteng, sekarang SMA Negeri Langke Rembong, tahun 1981-1983. Jurusan IPA. 4). Pendaftaran masuk di Universitas Katolik Widya Mandira( UNWIRA) Kupang, 1984-1989. Dengan judul karya ilmiah berupa Skripsi “ Korelasi Antara Nilai Evaluasi Murni( NEM) Terhadap Nilai Prestasi Belajar Program Study Biologi di Perguruan Tinggi”.5). Daftarkan diri dipaskah Sarjana Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama), tahun 2013-2015. Program Studi Manajemen Pendidikan Konsentrasi pendidikan IPS. Dengan judul karya ilmiah tesis, “ Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP/MTs di Kecamatan Mbeliling”.
Tugas pokok dan fungsi sebagai seorang musafir dibidang pendidikan mengasilkan, tentu, ada terjal dan liku likunya. Sebagai seorang manajerial sekolah, dijalani sejak mengajar di SMA Katolik Santu Ignatius Loyola, tahun 1990-1994, dipercayakan sebagai seorang pembina OSIS. Ditugaskan oleh Kepala Sekolah, Pater Drs. Martinus Toke, SVD(almarhum), untuk mengikuti Kaderisasi Pembina OSIS sekolah menengah Atas dan sederajat, zona Nusa Tenggara di Bali, tahun 1994, selama seminggu, 3-8 Juli. Selain itu, dipercaya sebagai Wali Kelas Jurusan IPA Biologi(IPA-2), tahun 1990-1994, pertama kali, awal bertugas membimbing dan mengasuh kelas IPA-2, kelasnya kraeng Edytasius Endi, sebagai seorang Bupati Manggarai Barat saat ini; tahun 1990-1991. Di samping tugas sebagai wali kelas, dipercayakan sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan, sejak tahun 1991-1994. Sehingga dirasa sangat dekat dengan remaja pelajar yang sedang mencari identitas diri. Senantiasa bersama mereka di kebun OSIS dan Pramuka selama kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Menanam dan merawat pohon produktif berupa Mangga dan Sawo di lingkungan pekarangan sekolah. Dengan falsafah “Satu adalah dua dan dua adalah satu”. Artinya, dua lembaga( Seminari bergabung dengan SMAK Santu Ignatius Loyola, dimana secara kedalam dan keluar menyandang dua identitas lembaga pendidikan pagi bergabung dan sore yang terpisah antara panti asuhan siswa seminari dan siswa asuhan SMAK St. Ignatius Loyola ). Di samping itu, merawat tanaman produktif, disiram setiap pagi atau pun sore, dengan falsafah mati satu ganti dua atau dilarang mati. Bermaksud untuk menjaga dan merawat sampai bertahan hidup dengan rasa tanggungjawab. Sungguh asik ketika bersama orang orang muda pelajar setingkat remaja SMA. Mendengar suara hati dan denyut nadi mereka guna memecahkan permasalahan remaja pelajar. Apalagi mengetahui seluk beluk sebagai sahabat dan pasti berpacaran diantara teman kelas dan atau adik kelas sesama mereka di SMA. Mungkin lebih tepat adalah bagai ekspresi cinta moyet di sudut- sudut sekolah yang disaksikan oleh Semut dan Cecak di dinding tembok sekolah. Kita hadir di tengah masalah mereka dengan penuh pengertian dan pemahaman , sehingga tahu karakter, Budi pekerti yang sesungguhnya. Mungkin bak cinta moyet pas di malam Minggu di ruang- ruang kegiatan ekstrakurikuler malam hiburan untuk menghalau kepenatan selama enam hari, melepas lelah dari aktivitas rutin sebagai seorang pelajar. Guna mengendorkan saraf-saraf otak yang tegang dalam belajar setiap hari. Rasanya terhibur dan tersalur lewat ekspresi jiwa dalam nada dan lagu yang dinyanyikan secara perseorangan atau secara bersama dalam vokal grup. Bermain gitar dan mendengar musik serta bergoyang ria sesuai bakat dan talenta yang dimilikinya. Selain itu, ada kegiatan mingguan akademik bagi para siswa ketika itu yang disusun jadwal secara apik dan dinamis setiap Minggu disebut Minggu akademik.
Cita-cita dan harapan terus bergelayut sejalan dengan profesi sebagai guru bak seorang musafir, bukan tidak mungkin tidak mengalami jalan terjal, penuh lika liku. Pernah di masa jedah, tidak mengajar tahun 1994, selama tujuh bulan, selepas dari SMAK St. Ignatius Loyola, berbisnis untuk mengumpulkan Sudirman( alias duit), agar bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi CPNS secara nasional tahun 1995 di provinsi Timor Timur. Setan tolak dan melekat tendang, penulis bisa meraih keberuntungan di bekas Provinsi ke 27 Timor Timur itu, tahun 1995 di bulan September. Nasib memang sudah ditakdirkan, namun usaha dan perjuangan tidak mungkin tinggal diam dan berpangku tangan tanpa kerja keras dan belajar, dengan bantuan berbagai pihak yang dianggap berjasah untuk melapangkan jalan menuju tercapai cita-cita seorang musafir. Dan tidak menutup kemungkinan bantuan Sang Ilahi adalah hal yang utama untuk menggapai cita cita dan harapan itu. Sebab, tanpa campur tangan dan kekuatan doa tidak mungkin sebuah harapan akan tercapai. Juga, bantuan isteri dan anak-anak tercinta, serta Ayah Bunda, menjadi sebuah kekuatan dan motivasi batin bagi penulis. Oleh sebab itu, penulis senantiasa bersyukur dan berterima kasih dalam doa dan ujud harian buat para penjasah.
Sejak mengabdi di SMP Negeri 5 Suai, Covalima, Timor Timur, penulis pernah dipercayakan sebagai pelaksana bidang kurikulum sekolah selama dua tahun, sejak tahun 1997-1999. Setelah Indonesia kalah referendum tahun 1999, penulis mutasi dari Timor Timur ke SMP Negeri 1 Komodo tahun 2000. Mengabdi selama kurang lebih 11 tahun, sampai tahun 2010. Pernah menjadi pembina OSIS selama 4 tahun dan Wakil Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Komodo, selama dua tahun.
Tahun 2010 mutasi ke SMP Negeri 2 Mbeliling, Roe, sampai dengan akhir tahun 2016. Sebagai Kepala Sekolah. Sejak Januari 2017- sampai saat ini, mutasi kembali ke SMP Negeri 1 Komodo, menduduki jabatan profesional sebagai seorang Kepala Sekolah, dan 1 Juli 2023 akan memasuki masa purna tugas.
Penulis sebagai seorang musafir, memiliki seorang isteri berprofesi sebagai guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Komodo, dan memiliki empat(4) buah hati, sudah dewasa dan remaja setingkat SMA. Penulis memiliki pengalaman menulis di berbagai media cetak lokal dan regional serta media sosial sampai saat ini. Sebab dengan terus membaca dan menulis dapat merangsang untuk mengurangi saraf pikun. Selain itu, memiliki hobi memelihara ternak kecil dan sedang di rumah, untuk mengusir kejenuhan dan menghilangkan stres. Dengan kata lain, menghibur jiwa agar menghindari sindrom power setelah mengabdi, alias mengendalikan diri untuk persiapan pensiun dari ASN. Semoga!